Sejarah Desa
Sejarah Desa KEBASEN
Sejarah pembangunan Desa Kebasen dimulai sejak pemerintahan Kepala Desa Ki Bantun I yaitu sekitar tahun 1860 , jabatan kepala desa kemudian digantikan oleh keturunannya yaitu Ki Bantun II . Pembangunan Desa sudah mulai kelihatan pada periode ini . Ki Lurah beserta warga masyarakat mengadakan penghijauan dengan penanaman jati saat menunaikan ibadah haji. Pada saat itu terlihat kegotong royongan warga masih sangat nampak. Warga masyarakat konon sempat memberikan bantuan berupa kayu jati untuk pembangunan Cungkup ( Petilasan ) ke daerah Gumelem Banyumas, yang dipercaya merupakan asal moyang warga masyarakat Kebasen . Bantuan Kayu jati tersebut merupakan trubus dari pohon jati yang sudah roboh dan berukuran cukup besar bahkan tidak bisa dipindahkan meskipun sudah mengumpulkan 60 orang . Saking besarnya pohon jati tersebut, robohnya jati sampai melewati batas desa dengan Cindaga. Bekas tunggak jati tersebut sekarang dikenal dengan nama Jati Sungsang dan berapa diwilayah RT. 08 / II . Selanjutnya tampuk pimpinan di jabat oleh Ki Bubul . Sampai saat ini belum diketemukan dokumen pembangunan yang terjadi pada masa pemerintahan Ki Bubul. Tampuk pemerintahan setelah Ki Bubul adalah Ki Merta Sentana atau lebih dikenal dengan sebutan Mbah Sabat . Pembangunan yang masih bisa dilihat sampai saat ini adalah adanya jembatan Bentul dan Suling ( Gorong – gorong ) pengairan yang menghubungkan Kebasen dengan desa Cindaga Selanjutnya berdasarkan nara sumber hidup yang masih ada di Kebasen, pemerintahan yang terlama dijabat oleh Ki Tirta Diwirya. Konon cerita karena lamanya masa jabatan , Ki Tirta Diwirya sempat membuang Kenthong ke kebun. Kenthong pada saat itu ( dan sebagian desa sampai dengan saat sekarang ) adalah merupakan salah satu simbol dari kepemimpinan kepala desa, karena biasanya segala komando baik untuk kegiatan sosial kemasyarakatan maupun pemerintahan ditandai dengan bunyi kenthongan . Diperkirakan Ki Tirta Diwirya menjabat sebagai Kepala Desa Kebasen sampai dengan tahun 1940 dan menjabat selama kurang lebih 35 tahun. Pada masa itu diadakan pemasangan batas desa . Selain sebagai Lurah Ki Merta Sentana juga dikenal sebagai seorang dalang Setelah tahun 1941 – 1943 tampuk pimpinan Desa Kebasen di pegang oleh Ki Mertamihardja atau dikenal juga dengan sebutan Mbah Granggang . Ki Merta Mihardja adalah merupakan carik dariKi Tirta Diwirya ( Kepala Desa terdahulu ) dan dikenal sebagai Carik atau lurah yang cukup pandai di wilayah Kabupaten Banyumas . Sebutan “ Mbah Granggang “ terjadi, karena pada masa pemerintahannya terjadi protes dari warga masyarakat kepada kepala desa karena adanya pembagian Minyak Tanah dan beras . Aksi yang terjadi pada saat itu, sebagian warga datang kepada Kepala Desa dengan membawa senjata tradisional berupa tombak atau bambu runcing yang disebut juga Granggang .
Periode berikutnya Desa Kebasen dipimpin oleh Ki Parto Dimulyo . Adanya kembalinya penjajahan Belanda / NICA mengambil alih kekuasaan dari Penjajahan Jepang, Desa Kebasen sebagian besar warga masyarakat telah mengungsi melarikan diri, termasuk perangkat desa. Untuk mengisi kekosongan tersebut, tampilah Ki Sanmedja memegang tampuk pemerintahan dengan menjadi pejabat sebagai Kepala Desa sementara selama kurang lebih satu tahun. Sekembalinya dari pengungsian Ki Parto Dimulyo memimpin Desa Kebasen sampai dengan tahun 1969 . Tahun 1970 diadakanlah pesta demokrasi di Desa Kebasen berupa pemilihan kepala desa. Saat itu terpilihlah Mistam Yitno Siswoyo mengalahkan calon-calon yang lain yaitu Sumadyo , Dulahkomari dan Sukiman . Beberapa pembangunan yang terlihat pada masa ini adalah :
- Desa Kebasen telah bisa mempunyai Kantor sendiri berupa bangunan yang diperoleh dari hibah proyek PP
- Pembangunan Jembatan Kali Dondong di wilayah RW 04
- Pembentukan Kelompok Tani
- Bangunan – bangunan jembatan dari dana Bantuan Desa ( Bandes )
- Pelebaran jalan wilayah Bentul yang semula ukuran lebar 1 meter menjadi 4 meter yang menghubungkan Desa Kebasen dengan Desa Gambarsari sepanjang 2 km
- Jaringan listrik masuk desa
- Penanaman Pohon Kelapa sepanjang 700 meter untuk penahan erosi Kali Lebeng ;
- Pembangunan Perumahan Dokter Puskesmas
- Pembangunan Kantor Koramil Kebasen
10. Pembangunan Sekolah Dasar
11. Pembelian tanah untuk penambahan makam Kuburan Cikalan Bentul
12. Pembangunan Gorong-gorong pengairan di wilayah sawah desa
13. Pembuatan bak penampung air bersih di RW 04
14. Pembangunan Tugu batas desa
15. Penataan dan pembenahan RT/RW
16. Pembuatan Lumbung Desa
17. Pelunasan PBB secara tepat waktu
Pada tahun 1988 karena usia Mistam Yitno Siswoyo memasuki masa purna tugas, dan melalui mekanisme pemilihan , Sudrajat menjabat Kepala Desa Kebasen untuk masa bakti 1989 – 1994 . Pembangunan yang ada pada masa pemerintahannya adalah :
- Pembangunan Pos-pos Kamling
- Pembuatan Jembatan yang melintas di saluran Irigasi
- Pembangunan Gorong-gorong saluran pembuangan air hujan
- Pembangunan Jembatan Tua Singa
- Pembangunan Jembatan jalur Siluk
- Penyempurnaan bangunan Balai Desa dengan penambahan kantor PKK
- Pemekaran RT
- Pelebaran jalan sepanjang 750 meter di RT 04 / RW 04 dari ukuran 0,5 meter menjadi 4 meter .
- Pelebaran jalan sepanjang 600 meter di RT 05 / RW 04 dari ukuran 0,5 meter menjadi 4 meter .
10. Talud sepanjang 500 meter di wilayah RW 03 jalan menuju Masjid Bentul
11. Pembangunan Sanggar Bhakti Pramuka
12. Pembuatan Dam di RT 02 / RW 04 ;
13. Pembuatan Cek Dam Kali Surugandu dan Kali Lebeng
14. Pengembangan Pembangunan Masjid Bentul
15. Pemindahan Makam Mbah Sura Melati
16. Penuntasan Kredit Usaha Tani ( KUT )
Periode pemerintahan yang harus diemban oleh Sudrajat adalah 1989 – 1998.
Karena ketidakmampuannya untuk melanjutkan tugas, maka pada tahun 1994 meletakan jabatan sebagai Kepala Desa, dan melaksanakan tugasnya semula yaitu sebagai Pegawai Pengairan ( DPU ) . Untuk selanjutnya tahun 1995 terpilihlah Sukotjo ( yang semula menjadi Kadus I ) menjadi Kepala Desa Kebasen untuk periode sampai dengan tahun 2003 . Hasil-hasil pembangunan yang dapat dilihat pada masa pemerintahannya adalah :
- Penyempurnaan Balai Desa dengan pembuatan gerbang masuk balai desa, pemasangan keramik, dan rehab bagian-bagian yang sudah kelihatan rusak
- Rehabilitasi Jembatan yang melintas di Saluran Irigasi
- Normalisasi Kali Surugandu sepanjang 2500 meter dengan dana dari Departemen Tenaga Kerja ( Depnaker )
- Pembentukan kelompok masyarakat kegiatan ekonomi dari dana PDM DKE
- Pembentukan UED – SP
- Pengerasan jalan sepanjang 600 meter di RW 03 dari dana proyek PKD Depnaker .
- Pengadaan peralatan Ruang Kantor Balai Desa
- Pembangunan Kios desa di Bentul Kebasen
- Pembangunan Jalan Tembus RT 06 / RW 02 sepanjang 500 meter melalui dana INBUB
10. Pembangunan Jalan Siluk sepanjang 1500 meter yang semula berupa jalan setapak menjadi jalan desa dengan ukuran 4 meter dengan dana P2MPD
11. Pembuatan Lapangan Olah Raga di Kadus II Kebasen
12. Pembuatan Kuburan Baru di Siluk
13. Penghijauan lahan desa dengan penanaman Pohon Jati Mas
14. Pembangunan Drainase sepanjang 300 meter di wilayah RW 04
15. Pembangunan Drainase sepanjang 1500 meter diwilayah Kadus I Kebasen dari dana P2MPD
Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Banyumas Nomor 140/866/2003, tertanggal 3 Juli 2003 Imam Faozi, S.Ag menjabat sebagai Kepala Desa Kebasen untuk masa bhakti 2003 – 2008 . Banyak prestasi pembangunan yang dicapai, diantaranya adalah :
- Pengaspalan Lingkar RW 01 Kebasen sepanjang 1050 meter
- Pembangunan Musholla Siluk
- Rehab Talud Kali Bentul
- Rehab Gedung ( Lokasi Utara ) SD 2 Kebasen
- Rehab Gedung MI Bentul
- Pembuatan Musholla , ruang sekretariat dan Paving halaman serta pagar balai desa
- Pembangunan Talud Jalan Rt 08/ 03
- Rehabilitasi Jalan Siluk
- Perbaikan Tanggul Lebeng
10. Rehab Musholla di RT 01/ 03
11. Pembangunan Pendopo Sanggar Bhakti Kwarran
12. Rehab Musholla RT 05/ 04
Adapun dasar SK Bupati Banyumas Nomor 141.1/278/2008 Kasniyo yang semula menjabat sebagai Kadus II diangkat menjadi Kepala Desa Kebasen untuk masa jabatan 2008 s/d 2014 .