Gropyokan Tikus : Kegiatan rutin yang menjadi tradisi
Pada hari Sabtu, 16 November 2024, Desa Kebasen mengadakan kegiatan berburu tikus (Gropyokan Tikus) di lingkungan persawahan sebagai langkah proaktif dalam membasmi hama tikus yang dapat merusak hasil pertanian. Kegiatan ini menjadi kegiatan rutin yang diagendakan setiap tahun pada awal musim tanam. Kegiatan ini salah satu inisiatif yang sangat penting, terutama di awal musim tanam, karena tikus dikenal sebagai salah satu hama utama yang dapat menurunkan produktivitas pertanian.
Kegiatan ini diorganisir oleh pemerintah desa Kebasen yang memberikan insentif kepada warga yang berhasil membunuh tikus. Setiap ekor tikus yang diserahkan kepada panitia diberi imbalan sebesar Rp. 1.000,-. Antusiasme warga sangat tinggi, bahkan beberapa petani berhasil menyerahkan hingga 200 ekor tikus. Hal ini menunjukkan betapa seriusnya warga dalam upaya mengendalikan populasi tikus agar tidak mengganggu musim tanam yang baru dimulai. Serangan tikus sangat berbahaya karena dapat merusak tanaman padi yang baru ditanam. Tikus yang jumlahnya tidak terkendali bisa menggerogoti benih, batang muda, dan bahkan biji padi yang ada di sawah. Kegiatan berburu tikus ini diharapkan dapat menekan jumlah tikus yang ada di area persawahan, sehingga dapat mengurangi risiko kerusakan yang dapat terjadi pada tanaman padi.
Warga menyetor ekor tikus
Selain itu, dengan adanya reward yang diberikan oleh pemerintah desa, masyarakat menjadi lebih termotivasi untuk ikut serta dalam upaya pengendalian hama. Kegiatan seperti ini juga mempererat solidaritas antarwarga, karena mereka bekerja sama untuk kepentingan bersama, yakni meningkatkan hasil pertanian dan kesejahteraan ekonomi desa.
Hama tikus merupakan salah satu masalah utama dalam sektor pertanian, khususnya di daerah pedesaan yang sebagian besar mengandalkan hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Berikut adalah beberapa bahaya hama tikus yang perlu diketahui:
- Kerusakan pada Tanaman
Tikus dapat merusak tanaman padi, baik yang masih dalam bentuk bibit maupun yang sudah tumbuh. Mereka biasanya menggigit batang tanaman, menyebabkan kerusakan yang bisa membuat tanaman mati. Serangan tikus yang tidak terkendali bisa mengurangi hasil panen hingga 30-50%, bahkan lebih.
- Penyebaran Penyakit
Selain merusak tanaman, tikus juga dapat membawa berbagai penyakit yang membahayakan tanaman dan manusia. Salah satunya adalah penyakit leptospirosis yang dapat menular ke manusia melalui urin tikus. Hal ini tentu menjadi ancaman bagi petani yang bekerja di ladang.
- Kerusakan pada Infrastruktur Pertanian
Tikus juga dapat merusak sarana pertanian, seperti alat irigasi, jaring-jaring, dan bahkan bangunan gudang penyimpanan hasil pertanian. Kerusakan ini mengharuskan petani untuk mengeluarkan biaya tambahan untuk perbaikan.
- Mengurangi Kualitas Hasil Panen
Selain merusak tanaman hidup, tikus sering kali menggerogoti hasil panen yang sudah dipanen. Hal ini akan menyebabkan penurunan kualitas beras yang dihasilkan, dan berpotensi merugikan petani dalam hal harga jual.
Petani dan warga sedang memburu tikus
Kegiatan berburu tikus yang dilaksanakan pada 16 November 2024 di Desa Kebasen menunjukkan betapa pentingnya kerjasama antara pemerintah desa dan masyarakat dalam menjaga ketahanan pangan serta meningkatkan hasil pertanian. Dengan memberikan reward dan memotivasi warga untuk berburu tikus, diharapkan masalah hama tikus dapat diminimalisir. Langkah ini bukan hanya efektif untuk membasmi tikus, tetapi juga mempererat hubungan antarwarga desa.
Penting bagi setiap petani untuk terus waspada terhadap bahaya hama tikus, yang dapat merusak tanaman dan infrastruktur pertanian. Upaya pengendalian hama secara terorganisir dan bersama-sama seperti yang dilakukan di Desa Kebasen merupakan salah satu solusi yang tepat untuk menjaga hasil pertanian yang optimal.